Close Menu

    SUBSCRIBE

    Dapatkan Berita Terbaru Kami

    What's Hot

    Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 Kembali Digelar, Hadiah Total Rp100 Juta Siap Menanti Karya Terbaik

    May 8, 2025

    PESTA KENDURI LAUT : SEBUAH EKSPRESI RASA SYUKUR DAN PENGHORMATAN MASYARAKAT NELAYAN DI TAPANULI TENGAH, SUMATRA UTARA

    March 13, 2025

    Peresmian PKR Ekologi Mangrove Dukung Internasionalisasi USU

    March 13, 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Ekosastra
    • Home
    • Tentang
    • Etnoekologi
      • Artikel/opini
      • Bahasa sastra dan komunikasi
    • Pelestarian Lokal
      • Berita/Reportase
      • Vlog/podcast
    • Sastra
      • Cerpen/Cerita rakyat
      • Lagu daerah
      • Puisi
      • Tradisi
    • Ulasan
      • Book review
      • Journal Review
    • Mitra
    • Kontak
    • Tim
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Ekosastra
    Home » Menelusuri Jejak Alam dalam Sastra: Sebuah Ulasan terhadap Buku Ekokritik Sastra: Konsep, Teori, dan Terapan oleh Prof. Dr. Suwardi Endraswara
    Buku (link) (book review)

    Menelusuri Jejak Alam dalam Sastra: Sebuah Ulasan terhadap Buku Ekokritik Sastra: Konsep, Teori, dan Terapan oleh Prof. Dr. Suwardi Endraswara

    adminBy adminMarch 13, 20258 Mins Read
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn WhatsApp Reddit Tumblr Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Review Buku:

    Judul Buku:
    EKOKRITIK SASTRA: KONSEP, TEORI, DAN TERAPAN

    Pengarang/Penulis:
    Prof. Dr. Suwardi Endraswara

    Isbn:
    978-602-72849-9-9

    Tahun:
    2016

    Buku Ekokritik Sastra: Konsep, Teori, dan Terapan karya Prof. Dr. Suwardi Endraswara menawarkan sebuah kajian mendalam mengenai hubungan antara sastra dan lingkungan. Buku ini membahas secara komprehensif berbagai konsep, teori, serta aplikasi ekokritik dalam sastra. Ekokritik sendiri merupakan pendekatan dalam studi sastra yang melihat bagaimana sastra menggambarkan alam dan hubungan manusia dengan lingkungan, serta bagaimana karya sastra tersebut berperan dalam membentuk kesadaran ekologis pembacanya.

    Dalam bab pertama, Endraswara memperkenalkan konsep dasar ekokritik dan menjelaskan pentingnya memahami peran sastra dalam membentuk pandangan manusia terhadap alam. Ia mengungkapkan bahwa sastra sering kali menjadi cermin dari kondisi lingkungan, baik itu dalam bentuk idealisasi alam atau sebagai proyeksi dari kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Buku ini memberikan wawasan bahwa ekokritik bukan hanya sekedar kritik terhadap representasi alam, tetapi juga sebagai sarana untuk memperjuangkan keberlanjutan lingkungan melalui kata-kata.

    Selanjutnya, Endraswara membahas teori-teori utama dalam ekokritik yang telah berkembang, mulai dari pendekatan klasik hingga kontemporer. Ia mengutip beberapa tokoh besar seperti Rachel Carson, yang lewat bukunya Silent Spring membuka kesadaran dunia tentang bahaya polusi terhadap lingkungan. Teori-teori yang dipaparkan di buku ini juga mencakup pemikiran-pemikiran ekologis dari perspektif ekologis, feminis, dan post-kolonial, yang menawarkan beragam cara untuk melihat interaksi antara manusia dan alam dalam sastra.

    Pentingnya pendekatan multidisipliner dalam ekokritik juga ditekankan dalam buku ini. Endraswara menyatakan bahwa ekokritik tidak hanya berfokus pada karya sastra, tetapi juga mengintegrasikan pengetahuan dari bidang-bidang lain seperti geografi, ilmu lingkungan, dan filsafat. Dalam pengamatan Endraswara, ekokritik adalah sebuah ruang untuk kolaborasi antara berbagai disiplin ilmu dalam rangka memahami lebih dalam tentang peran sastra dalam membentuk kesadaran ekologis masyarakat.

    Di sisi lain, buku ini juga menggali bagaimana ekokritik dapat diaplikasikan dalam berbagai karya sastra, baik sastra klasik maupun kontemporer. Melalui analisis terhadap karya-karya sastra Indonesia dan dunia, Endraswara menunjukkan bagaimana alam dipresentasikan dan bagaimana perubahan sosial serta lingkungan tercermin dalam karya-karya tersebut. Dari sini, pembaca diajak untuk lebih sensitif terhadap potret alam yang dihadirkan dalam sastra dan hubungan dinamis antara manusia dan alam.

    Pada bab-bab berikutnya, Endraswara memberikan contoh konkret penerapan ekokritik dalam berbagai genre sastra, seperti novel, puisi, dan drama. Ia menganalisis karya-karya seperti Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer dan The Grapes of Wrath karya John Steinbeck, yang memuat kritikan sosial terhadap kerusakan lingkungan. Dalam contoh-contoh tersebut, pembaca dapat melihat bagaimana ekokritik membuka pandangan baru dalam memahami tema-tema sosial dan ekologis yang disampaikan oleh penulis.

    Lebih jauh lagi, buku ini tidak hanya berbicara tentang teori, tetapi juga menyajikan aplikasi praktis ekokritik dalam kajian sastra. Endraswara menggambarkan bagaimana seorang pembaca atau kritikus sastra dapat menerapkan prinsip-prinsip ekokritik dalam menganalisis teks. Pendekatan ini memungkinkan pembaca untuk melihat lebih dalam mengenai simbolisme alam dalam sastra dan bagaimana karya-karya sastra tersebut dapat membangkitkan kesadaran ekologis serta menginspirasi tindakan nyata untuk melestarikan lingkungan.

    Dalam diskusi tentang ekokritik sastra di Indonesia, buku ini menyajikan tantangan tersendiri. Endraswara mengakui bahwa ekokritik di Indonesia masih tergolong baru, meskipun isu-isu ekologis sudah lama menjadi bagian dari sastra Indonesia. Oleh karena itu, buku ini menawarkan sebuah pemahaman yang lebih luas mengenai ekokritik di Indonesia, baik dalam konteks budaya lokal maupun dalam kaitannya dengan globalisasi dan perubahan lingkungan yang sedang terjadi.

    Secara keseluruhan, buku Ekokritik Sastra: Konsep, Teori, dan Terapan memberikan pembaca pemahaman yang lebih mendalam mengenai hubungan antara sastra dan lingkungan. Endraswara dengan cermat memadukan teori dan praktik, serta menyajikan sebuah analisis yang memadai terhadap peran sastra dalam membentuk kesadaran sosial tentang lingkungan. Buku ini menjadi bacaan yang sangat relevan, tidak hanya bagi para akademisi sastra, tetapi juga bagi mereka yang peduli terhadap isu-isu ekologis dan keberlanjutan.

    Buku ini memberikan kontribusi yang penting bagi perkembangan studi ekokritik di Indonesia dan dunia. Dengan bahasa yang mudah dipahami dan penyajian yang sistematis, Endraswara berhasil mengungkapkan kompleksitas ekokritik dalam sastra dengan cara yang menyenangkan dan mencerahkan. Buku ini menjadi panduan yang sangat baik bagi mereka yang ingin memahami lebih jauh tentang bagaimana sastra dapat berfungsi sebagai alat untuk memperjuangkan kelestarian alam dan keadilan ekologis.

    Peranan Buku dalam kajian Etnoekologi

    Dalam buku Ekokritik Sastra: Konsep, Teori, dan Terapan karya Prof. Dr. Suwardi Endraswara, konsep-konsep ekokritik dapat diadaptasi dengan sangat baik untuk menganalisis etnoekologi dalam sastra. Etnoekologi merujuk pada pengetahuan tradisional masyarakat mengenai hubungan mereka dengan alam, serta bagaimana pemahaman ini tercermin dalam budaya dan praktik sehari-hari. Berikut adalah beberapa cara konsep-konsep dalam buku ini dapat digunakan untuk menganalisis etnoekologi dalam sastra:

    1. Representasi Alam dalam Sastra

    Dalam buku ini, Endraswara menekankan pentingnya memahami bagaimana alam digambarkan dalam karya sastra. Dalam konteks etnoekologi, ini berarti menganalisis bagaimana budaya lokal menggambarkan hubungan mereka dengan alam. Sastra, terutama yang berasal dari masyarakat tradisional, sering kali memuat pemahaman mendalam tentang ekosistem lokal, flora, fauna, dan cara hidup yang berkelanjutan. Melalui ekokritik, kita dapat menilai bagaimana elemen-elemen alam ini diwakili dalam karya sastra dan bagaimana mereka mencerminkan pengetahuan etnoekologis masyarakat.

    1. Hubungan Manusia dan Alam

    Konsep penting dalam ekokritik adalah melihat hubungan antara manusia dan alam. Buku Endraswara menggarisbawahi bahwa sastra sering kali mencerminkan interaksi manusia dengan lingkungan mereka, baik dalam konteks harmoni maupun ketegangan. Dalam analisis etnoekologi, pendekatan ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana masyarakat tradisional dalam sastra berinteraksi dengan alam dan bagaimana mereka melihat diri mereka sebagai bagian dari sistem ekologis yang lebih besar. Ini dapat termasuk praktik-praktik seperti berburu, pertanian, atau ritual yang melibatkan penghormatan terhadap alam.

    1. Teori Ekokritik dalam Perspektif Multidisipliner

    Endraswara juga menekankan pentingnya pendekatan multidisipliner dalam ekokritik. Etnoekologi sendiri adalah cabang yang melibatkan ilmu lingkungan, antropologi, dan sosiologi, yang semuanya relevan untuk memahami representasi alam dalam sastra. Dengan menggunakan teori-teori ekokritik yang mengintegrasikan ilmu sosial dan lingkungan, kita bisa lebih mudah mengidentifikasi bagaimana pemahaman ekologis dan sosial masyarakat tercermin dalam teks sastra. Misalnya, bagaimana pengetahuan lokal tentang tanaman obat, konservasi alam, atau pola migrasi hewan tertanam dalam narasi sastra.

    1. Simbolisme Alam dalam Sastra

    Dalam buku ini, Endraswara juga membahas simbolisme alam dalam sastra. Alam sering digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan keadaan emosional atau sosial karakter dalam cerita. Dalam konteks etnoekologi, simbolisme ini bisa dianalisis lebih jauh untuk melihat bagaimana alam dianggap sebagai simbol keseimbangan ekologis atau sebagai representasi dari hubungan spiritual antara manusia dan alam. Misalnya, dalam sastra yang berhubungan dengan masyarakat adat, pohon atau sungai bisa menjadi simbol penting yang mencerminkan pemahaman etnoekologis masyarakat tersebut.

    1. Kritik Sosial terhadap Kerusakan Lingkungan

    Endraswara juga menunjukkan bagaimana ekokritik berperan dalam menganalisis kritik sosial terhadap kerusakan lingkungan. Dalam konteks etnoekologi, ini relevan dengan menganalisis bagaimana karya sastra menggambarkan dampak negatif dari modernisasi atau eksploitasi sumber daya alam terhadap pengetahuan ekologis tradisional. Analisis ini bisa mengungkapkan bagaimana perubahan dalam cara hidup masyarakat tradisional, seperti peralihan dari berburu dan meramu ke pertanian intensif, mengubah hubungan mereka dengan alam.

    1. Penerapan Ekokritik dalam Sastra Indonesia

    Dalam buku ini, Endraswara memberikan contoh penerapan ekokritik dalam karya sastra Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia yang menggambarkan hubungan antara masyarakat lokal dan alam mereka, baik itu dalam bentuk puisi, novel, atau cerita rakyat. Melalui pendekatan ekokritik, kita dapat menggali lebih dalam bagaimana sastra Indonesia mencerminkan nilai-nilai etnoekologi, seperti praktik konservasi alam atau pemahaman spiritual terhadap alam yang berkelanjutan. Karya-karya seperti Sang Pemimpi atau Bumi Manusia dapat dianalisis menggunakan perspektif ini untuk melihat bagaimana pengetahuan ekologis masyarakat tercermin dalam cerita-cerita tersebut.

    1. Fungsi Sastra dalam Mengedukasi Kesadaran Ekologis

    Endraswara juga menyoroti peran sastra dalam membangkitkan kesadaran ekologis. Dalam konteks etnoekologi, sastra dapat berfungsi sebagai sarana untuk mempertahankan dan mengkomunikasikan pengetahuan lokal yang berkaitan dengan alam. Analisis ekokritik dapat melihat bagaimana cerita rakyat atau mitos lokal mengandung wawasan tentang praktik ekologis yang berkelanjutan dan bagaimana hal tersebut diteruskan melalui generasi. Sastra menjadi medium yang efektif untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya melestarikan pengetahuan ekologis tradisional yang mungkin terancam oleh perkembangan zaman.

    1. Ekokritik Sebagai Alat untuk Pemberdayaan Komunitas Lokal

    Salah satu kontribusi ekokritik yang dibahas dalam buku ini adalah potensi sastra untuk memperjuangkan isu-isu sosial dan lingkungan. Dalam menganalisis etnoekologi dalam sastra, kita bisa melihat bagaimana sastra dapat digunakan untuk memberdayakan komunitas lokal dalam melestarikan pengetahuan ekologis mereka. Karya sastra yang menggambarkan kehidupan dan perjuangan masyarakat adat untuk mempertahankan hubungan mereka dengan alam dapat digunakan sebagai alat untuk memperjuangkan hak-hak mereka atas tanah dan sumber daya alam.

    1. Perubahan Paradigma dalam Memahami Alam

    Buku ini juga membahas bagaimana ekokritik dapat berfungsi untuk mengubah paradigma dalam memandang alam. Dalam menganalisis etnoekologi, kita bisa menggunakan konsep ekokritik untuk memahami bagaimana sastra menggambarkan pergeseran dari pandangan alam sebagai sumber daya yang harus dikuasai menjadi pandangan alam sebagai mitra yang harus dijaga. Sastra yang menggambarkan ketergantungan manusia terhadap alam dapat menginspirasi pembaca untuk melihat alam dengan cara yang lebih holistik dan menghargai kearifan lokal yang ada.

    Secara keseluruhan, buku Ekokritik Sastra: Konsep, Teori, dan Terapan menyediakan berbagai konsep yang sangat berguna untuk menganalisis etnoekologi dalam sastra. Melalui konsep-konsep ekokritik ini, kita dapat melihat bagaimana sastra tidak hanya mencerminkan hubungan manusia dengan alam, tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk mengkomunikasikan pengetahuan etnoekologis yang dapat membantu pelestarian lingkungan. Ekokritik, dengan pendekatannya yang multidisipliner, menawarkan wawasan baru yang dapat digunakan untuk memahami lebih dalam hubungan manusia dan alam dalam konteks budaya lokal.

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn WhatsApp Reddit Tumblr Email
    admin
    • Website

    Related Posts

    Buku (link) (book review) March 13, 2025

    The Overstory: Sebuah Epik tentang Pohon, Manusia, dan Lingkungan

    Buku (link) (book review) March 13, 2025

    Filsafat Kehidupan Harmonis dengan Alam: Ulasan Buku Posisi dan Peran Manusia dalam Alam Karya Arne Ness

    Buku (link) (book review) March 13, 2025

    Melacak Pengetahuan, Sumber Daya, dan Hak: Ulasan Buku Ethnoecology: Knowledge, Resources, and Rights

    Leave A Reply Cancel Reply

    Demo
    Jangan Lewatkan
    Puisi May 8, 2025

    Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 Kembali Digelar, Hadiah Total Rp100 Juta Siap Menanti Karya Terbaik

    Ajang penghargaan sastra bergengsi Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK) resmi bangkit lagi setelah vakum tiga tahun…

    PESTA KENDURI LAUT : SEBUAH EKSPRESI RASA SYUKUR DAN PENGHORMATAN MASYARAKAT NELAYAN DI TAPANULI TENGAH, SUMATRA UTARA

    March 13, 2025

    Peresmian PKR Ekologi Mangrove Dukung Internasionalisasi USU

    March 13, 2025

    Pesan Untuk Irdan

    March 13, 2025
    Subscribe

    SUBSCRIBE

    Dapatkan Berita Terbaru Kami

    Tetap terhubung
    • Facebook
    • Twitter
    • Pinterest
    • Instagram
    • Telegram
    • WhatsApp
    Tentang Kami
    Tentang Kami

    Media Komunikasi Sastra Berbasis Etnoekologi adalah platform digital untuk melestarikan sastra dan kearifan lokal Sumatera Utara. Menyajikan cerita rakyat, puisi, lagu tradisional, serta nilai budaya yang mendukung pelestarian lingkungan dan tradisi.

    Facebook Instagram Pinterest WhatsApp
    Berita Terbaru

    Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 Kembali Digelar, Hadiah Total Rp100 Juta Siap Menanti Karya Terbaik

    May 8, 2025

    PESTA KENDURI LAUT : SEBUAH EKSPRESI RASA SYUKUR DAN PENGHORMATAN MASYARAKAT NELAYAN DI TAPANULI TENGAH, SUMATRA UTARA

    March 13, 2025

    Peresmian PKR Ekologi Mangrove Dukung Internasionalisasi USU

    March 13, 2025
    Kontak Kami

    Alamat :

    Email :

    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Home
    • Buy Now
    © 2025 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.