Oleh : Nursalassaty – Universitas Negeri Medan
Berdasarkan data yang telah dikonfirmasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia, sekitar 62% dari keseluruhan wilayah Indonesia adalah laut dan perairan, yang mencakup sekitar 6,32 juta km². Dengan fakta tersebut, tidak mengherankan jika Indonesia memiliki kekayaan laut yang sangat melimpah, terutama berkat daerah-daerah yang unggul dalam sektor perikanan.
Salah satu daerah yang memberikan kontribusi signifikan dalam hal ini adalah Sumatra Utara. Menurut informasi dari situs resmi North Sumatra Invest, luas wilayah laut Sumatra Utara mencapai 110. 000 km² dengan garis pantai sepanjang sekitar 1. 300 km. Dalam konteks hasil laut, Tapanuli Tengah menjadi daerah yang menyumbang produksi terbesar di Sumatra Utara.
Sejak abad ke-17, nilai produksi perikanan tangkap di laut Tapanuli Tengah, yang mencakup berbagai jenis ikan seperti cakalang, tongkol, serta tuna dan udang, melimpah. Dengan menyadari potensi laut yang dimiliki Tapanuli Tengah, masyarakat setempat mengambil langkah aktif. Sebagai ungkapan rasa syukur mereka, diadakanlah sebuah tradisi tahunan yang dikenal dengan nama “Kenduri Laut”. Tradisi ini merupakan warisan budaya yang dijaga oleh masyarakat Tapanuli Tengah di wilayah pesisir.
Tradisi ini merupakan ungkapan syukur para nelayan atas karunia Tuhan. Pesta Kenduri Laut adalah salah satu adat nelayan yang masih terpelihara dengan baik di Kabupaten Tapanuli Tengah. Setiap tahun, masyarakat pesisir di Pulau Sumatera melaksanakan tradisi ini, yang bermula dari Tapanuli Tengah. Tradisi ini bahkan dianggap sakral oleh warga setempat. Sejak abad ke-17, Kenduri Laut telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat nelayan di daerah tersebut. Pesta ini merupakan perayaan yang diadakan untuk memohon keselamatan dan keberkahan bagi para nelayan serta keluarganya.
Tradisi Kenduri Laut dilaksanakan setiap tahun pada bulan Oktober oleh masyarakat pesisir Tapanuli Tengah. Kegiatan ini biasanya terdiri dari dua prosesi, yaitu prosesi perayaan dan prosesi ritual, yang melibatkan seluruh elemen masyarakat dari 11 kecamatan. Keunikan dari prosesi ritual dalam tradisi ini adalah kewajiban bagi setiap perwakilan dari berbagai kecamatan di Tapanuli Tengah untuk membawa persembahan. Prosesi ritual ini diadakan pada malam hari dan dianggap sangat sakral.
Sementara itu, tradisi perayaan berlangsung pada siang hari, dimulai dengan berbagai acara seperti perlombaan perahu, layang-layang, dan kegiatan lainnya. Atraksi budaya seperti tarian tradisional juga turut mewarnai acara ini. Meskipun tradisi Kenduri Laut di daerah lain mungkin berbeda, tujuan utamanya tetap sama, yaitu sebagai ungkapan rasa syukur para nelayan. Sebagai contoh, di Silau Laut, Kabupaten Asahan, tradisi ini dirayakan setiap dua tahun sekali.
Selain sebagai wujud syukur, Tradisi Kenduri Laut juga memiliki tujuan untuk mengharapkan hasil laut yang lebih baik dan melimpah di masa depan. Masyarakat percaya bahwa melaksanakan Kenduri Laut merupakan upaya untuk memohon keselamatan para nelayan. Tradisi ini juga diartikan sebagai bentuk hubungan harmonis dengan alam, sehingga tidak ada manusia yang menjadi tumbal.
Di Tapanuli Tengah, masyarakat memahami Kenduri Laut sebagai hubungan saling menguntungkan antara alam dan manusia. Sebagai balasan atas penyediaan kebutuhan hidup oleh alam, manusia berkewajiban untuk menjaga dan melestarikannya. Dengan demikian, alam pun akan terus merawat manusia dan keturunannya di masa yang akan datang.
Hingga saat ini, Tradisi Kenduri Laut tetap dipertahankan dan dirayakan setiap tahun dengan semarak. Acara ini dimeriahkan dengan berbagai hiburan dan perlombaan yang semakin modern. Tradisi ini tetap menjadi daya tarik bagi pengunjung lokal maupun wisatawan mancanegara yang ingin mengetahui lebih dalam tentang kebudayaan ini. Meriahnya acara ini semakin meningkatkan popularitas budaya dan adat daerah yang ditampilkan. Inilah keunikan Tradisi Kenduri Laut yang berasal dari para nelayan di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.