Close Menu

    SUBSCRIBE

    Dapatkan Berita Terbaru Kami

    What's Hot

    Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 Kembali Digelar, Hadiah Total Rp100 Juta Siap Menanti Karya Terbaik

    May 8, 2025

    PESTA KENDURI LAUT : SEBUAH EKSPRESI RASA SYUKUR DAN PENGHORMATAN MASYARAKAT NELAYAN DI TAPANULI TENGAH, SUMATRA UTARA

    March 13, 2025

    Peresmian PKR Ekologi Mangrove Dukung Internasionalisasi USU

    March 13, 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Ekosastra
    • Home
    • Tentang
    • Etnoekologi
      • Artikel/opini
      • Bahasa sastra dan komunikasi
    • Pelestarian Lokal
      • Berita/Reportase
      • Vlog/podcast
    • Sastra
      • Cerpen/Cerita rakyat
      • Lagu daerah
      • Puisi
      • Tradisi
    • Ulasan
      • Book review
      • Journal Review
    • Mitra
    • Kontak
    • Tim
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Ekosastra
    Home » Filsafat Kehidupan Harmonis dengan Alam: Ulasan Buku Posisi dan Peran Manusia dalam Alam Karya Arne Ness
    Buku (link) (book review)

    Filsafat Kehidupan Harmonis dengan Alam: Ulasan Buku Posisi dan Peran Manusia dalam Alam Karya Arne Ness

    adminBy adminMarch 13, 20255 Mins Read
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn WhatsApp Reddit Tumblr Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Judul Buku:
    Posisi dan Peran Manusia dalam Alam Menurut Deep Ecology Arne Ness (Tanggapan atas Kritik Al Gore)

    ISBN:
    978-979-21-6327-8

    Pengarang/Penulis:
    Barnabas Ohoiwutun

    Penerbit:
    PT Kanisius

     

    Deep Ecology, sebagai pendekatan filosofi ekologi yang dikembangkan oleh Arne Naess, memandang hubungan manusia dengan alam secara sangat mendalam dan holistik. Dalam pandangannya, manusia bukanlah entitas yang terpisah dari alam, melainkan bagian dari sistem ekologi yang lebih besar. Naess berargumen bahwa keberadaan manusia seharusnya tidak dipandang lebih penting daripada makhluk hidup lain. Dalam konsep Deep Ecology, setiap bentuk kehidupan, baik manusia maupun non-manusia, memiliki nilai intrinsik yang setara dan berhak untuk berkembang sesuai dengan hak alamiah mereka.

    Salah satu kritik utama yang diajukan oleh Al Gore terhadap Deep Ecology adalah pandangan Naess yang dianggap terlalu idealistik dan utopis, terutama terkait dengan penerapan filosofi ini dalam kebijakan lingkungan. Al Gore, yang lebih fokus pada pendekatan pragmatis dan berbasis kebijakan, berpendapat bahwa Deep Ecology mungkin sulit diterima dalam konteks dunia nyata yang penuh dengan konflik dan ketegangan sosial. Dalam pandangannya, tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh manusia untuk menghadapi masalah lingkungan, seperti perubahan iklim, lebih berkaitan dengan kebijakan dan teknologi yang dapat diterapkan secara langsung.

    Namun, tanggapan terhadap kritik Al Gore bisa melihat bahwa meskipun Deep Ecology mungkin terkesan idealistik, pandangan Naess tetap memberikan kontribusi signifikan dalam memperluas cara pandang manusia terhadap alam. Deep Ecology tidak hanya menyerukan perubahan kebijakan, tetapi juga mengajak individu untuk merefleksikan nilai-nilai dasar mereka terhadap lingkungan dan perubahan cara hidup yang lebih selaras dengan alam. Pendekatan ini menawarkan kedalaman filosofis yang sering kali diabaikan dalam diskursus lingkungan yang lebih fokus pada solusi teknis dan kebijakan semata.

    Pada sisi lain, filosofi Deep Ecology juga menghadapi tantangan dalam hal implementasi praktis. Meskipun mengusung nilai-nilai keberlanjutan dan pengakuan terhadap hak-hak alam, penerapan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan perubahan besar dalam pola pikir masyarakat global. Al Gore lebih menekankan pada perlunya kebijakan yang mampu menyeimbangkan aspek ekonomi dan lingkungan dalam jangka pendek. Namun, kritikan ini juga membuka ruang bagi diskusi mengenai pentingnya keseimbangan antara aksi pragmatis dan perubahan paradigma yang lebih mendalam.

    Meskipn terdapat perbedaan pandangan antara Arne Naess dan Al Gore, keduanya memberikan kontribusi penting dalam upaya melestarikan alam. Deep Ecology menawarkan pandangan yang lebih filosofis dan introspektif mengenai tempat manusia dalam ekosistem, sementara kritik Al Gore mendorong solusi yang lebih aplikatif dan berbasis kebijakan. Kedua perspektif ini dapat saling melengkapi dalam menghadapi tantangan besar yang dihadapi dunia terkait dengan lingkungan.

    Konsep-konsep dalam buku “Posisi dan Peran Manusia dalam Alam Menurut Deep Ecology Arne Ness (Tanggapan atas Kritik Al Gore)”

    Buku Posisi dan Peran Manusia dalam Alam Menurut Deep Ecology Arne Naess (Tanggapan atas Kritik Al Gore) mengeksplorasi berbagai konsep yang terkait dengan pandangan Arne Naess tentang hubungan manusia dengan alam dalam kerangka Deep Ecology, serta merespons kritik yang diajukan oleh Al Gore terhadap filosofi tersebut. Beberapa konsep utama dalam buku ini antara lain:

    1. Hak Intrinsik Alam

    Konsep inti dalam Deep Ecology adalah pengakuan bahwa semua bentuk kehidupan, bukan hanya manusia, memiliki hak untuk eksis dan berkembang dengan cara mereka sendiri. Arne Naess berpendapat bahwa alam memiliki nilai intrinsik yang tidak tergantung pada kegunaan atau manfaatnya bagi manusia. Hal ini mengubah cara pandang tradisional yang seringkali menempatkan manusia sebagai pusat dan dominan dalam hubungan dengan alam.

    1. Antropocentrisme vs. Ekosentrisme

    Dalam buku ini, Naess mengkritik pandangan antropocentrisme yang memandang manusia sebagai pusat segalanya. Sebaliknya, Deep Ecology memperkenalkan ekosentrisme, yang menekankan bahwa nilai alam tidak tergantung pada kepentingan manusia. Dalam kerangka ini, peran manusia adalah sebagai bagian dari ekosistem yang lebih besar, bukan sebagai penguasa atau pemilik alam.

    1. Keterkaitan Manusia dan Alam

    Salah satu konsep utama Deep Ecology adalah keterkaitan yang mendalam antara manusia dan alam. Naess menekankan bahwa manusia dan alam tidak bisa dipisahkan, melainkan saling bergantung satu sama lain. Pandangan ini berlawanan dengan pandangan tradisional yang sering melihat manusia sebagai entitas terpisah yang dapat mengontrol alam. Buku ini mengajukan ide bahwa manusia harus memahami dirinya sebagai bagian dari alam yang lebih luas, bukan sebagai entitas yang terpisah atau lebih superior.

    1. Kritik Terhadap Teknokrasi dan Solusi Pragmatik

    Tanggapan terhadap kritik Al Gore dalam buku ini menyoroti perbedaan mendalam antara solusi pragmatik berbasis kebijakan (seperti yang dianjurkan Al Gore) dan solusi filosofis yang ditawarkan oleh Deep Ecology. Naess mengkritik pendekatan teknokrasi yang sering kali mengandalkan solusi berbasis teknologi dan kebijakan untuk mengatasi masalah lingkungan, tanpa memperhatikan perubahan mendalam dalam pola pikir dan hubungan manusia dengan alam.

    1. Pentingnya Transformasi Sosial dan Filosofis

    Buku ini menekankan bahwa untuk menghadapi krisis lingkungan global, tidak cukup hanya dengan solusi teknis atau kebijakan, tetapi juga diperlukan perubahan mendalam dalam cara manusia berpikir dan berinteraksi dengan alam. Deep Ecology mengusulkan suatu transformasi sosial dan filosofis, di mana manusia harus mengubah cara mereka memandang alam, mengakui bahwa keberlanjutan hanya dapat tercapai jika manusia hidup selaras dengan alam dan memahami hak-hak alam itu sendiri.

    Konsep-konsep dalam buku ini menyoroti pentingnya pendekatan filosofis yang lebih mendalam dalam memahami posisi manusia di alam, serta tantangan dalam mengimplementasikan perubahan paradigma ini di dunia yang sering kali lebih fokus pada solusi praktis dan kebijakan.

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn WhatsApp Reddit Tumblr Email
    admin
    • Website

    Related Posts

    Buku (link) (book review) March 13, 2025

    The Overstory: Sebuah Epik tentang Pohon, Manusia, dan Lingkungan

    Buku (link) (book review) March 13, 2025

    Melacak Pengetahuan, Sumber Daya, dan Hak: Ulasan Buku Ethnoecology: Knowledge, Resources, and Rights

    Buku (link) (book review) March 13, 2025

    Menelusuri Jejak Alam dalam Sastra: Sebuah Ulasan terhadap Buku Ekokritik Sastra: Konsep, Teori, dan Terapan oleh Prof. Dr. Suwardi Endraswara

    Leave A Reply Cancel Reply

    Demo
    Jangan Lewatkan
    Puisi May 8, 2025

    Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 Kembali Digelar, Hadiah Total Rp100 Juta Siap Menanti Karya Terbaik

    Ajang penghargaan sastra bergengsi Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK) resmi bangkit lagi setelah vakum tiga tahun…

    PESTA KENDURI LAUT : SEBUAH EKSPRESI RASA SYUKUR DAN PENGHORMATAN MASYARAKAT NELAYAN DI TAPANULI TENGAH, SUMATRA UTARA

    March 13, 2025

    Peresmian PKR Ekologi Mangrove Dukung Internasionalisasi USU

    March 13, 2025

    Pesan Untuk Irdan

    March 13, 2025
    Subscribe

    SUBSCRIBE

    Dapatkan Berita Terbaru Kami

    Tetap terhubung
    • Facebook
    • Twitter
    • Pinterest
    • Instagram
    • Telegram
    • WhatsApp
    Tentang Kami
    Tentang Kami

    Media Komunikasi Sastra Berbasis Etnoekologi adalah platform digital untuk melestarikan sastra dan kearifan lokal Sumatera Utara. Menyajikan cerita rakyat, puisi, lagu tradisional, serta nilai budaya yang mendukung pelestarian lingkungan dan tradisi.

    Facebook Instagram Pinterest WhatsApp
    Berita Terbaru

    Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 Kembali Digelar, Hadiah Total Rp100 Juta Siap Menanti Karya Terbaik

    May 8, 2025

    PESTA KENDURI LAUT : SEBUAH EKSPRESI RASA SYUKUR DAN PENGHORMATAN MASYARAKAT NELAYAN DI TAPANULI TENGAH, SUMATRA UTARA

    March 13, 2025

    Peresmian PKR Ekologi Mangrove Dukung Internasionalisasi USU

    March 13, 2025
    Kontak Kami

    Alamat :

    Email :

    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Home
    • Buy Now
    © 2025 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.